ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLAHIWABAROKATUH SELAMAT DATANG Terimakasih telah menyempatkan waktunya untuk singgah di blog ini. Selamat menikmati suguhan seadanya dari saya. Mohon maaf bila ada salah-salah kata.Saya hanyalah mausia biasa. Karena yang benar datangnya dari Allah swt dan yang salah dari saya pribadi. Mohon berkenan untuk tinggalkan pesan positifnya. Terimakasih Wasalamualaikum warohmatullahiwabarokatu

MEMILIH TEMAN

Diposting oleh KhazzanahTour on 16.11.10

Memilih Teman


Islam juga mengatur segala lini kehidupan, lahir maupun batin, baik secara vertikal hubungan antara makhluk dan Khalik-nya ataupun secara horizontal yaitu hubungan antara sesama. Sebagian orang sangat memerhatikan hubungan dengan sesama, namun menyepelekan hubungannya dengan Sang Khalik, seolah-olah dia hidup terlahir begitu saja, lantas mati tanpa akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah ia lakukan ketika di dunia. la lupa akan maksud hidup yang sesungguhnya. Yang lain, ada yang sangat mengutamakan hubungan dengan Rabb-nya, namun kadang ia menyepelekan hubungan dengan sesama, dan menganggapnya sebagai momok yang menghantuinya.

Padahal, Islam adalah agama yang adil dan pertengahan, sehingga seorang muslim yang sempurna adalah mereka yang mampu menunaikan kewajiban terhadap Sang Khalik sekaligus kepada sesama. Apabila seseorang mengurangi kewajiban kepada keduanya, maka semakin kurang pula imannya.

Untuk itu, akan dibahas tentang dengan siapa kita harus bergaul, dan bagaimana tinjauan syariat, mengetahui keutamaan bergaul dengan orang-orang baik dan akibat bergaul dengan orang-orang buruk, baik di dunia ataupun di akhirat.

I. ANJURAN BERGAUL DENGAN PELAKU KEBAIKAN

Rasul tercinta bersabda,

"Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan ternan yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli dari-nya, atau kamu mendapatkan wanginya. Dan seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat bau yang tidak sedap." (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Kebutuhan manusia terhadap lingkungan yang baik, laksana kebutuhan tanaman terhadap tanah yang subur. Kala tanah itu bagus, cukup kandungan unsur haranya, suhunya cocok, dan airnya cukup, maka tanaman tersebut akan bersemi, tumbuh berkembang, dan berbuah sesuai yang diharapkan. Sebaliknya, tanaman tersebut tidak akan berkembang dengan baik, dan tidak akan menghasilkan buah yang sesuai dengan yang didambakan, bahkan tanaman itu bisa mati karenanya.

Selayaknya kita mencari lingkungan yang baik, teman yang shalih yang bisa mendukung kita untuk selalu istiqamah dalam kebaikan dan ketaatan kepada-Nya.

Allah berfirman, "Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan sore hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganiah kamu palingkan wajahmu dari mereka hanya karena kamu menghendaki perhiasan dunia, dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, dan menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadannya sangat melewati batas." (Al-Kahfi: 28)

Allah menyuruh orang-orang beriman untuk senantiasa bergabung dengan orang-orang yang baik demi menjaga keimanan mereka, seperti dalam firman-Nya,

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwaiah kalian kepada Allah dan hendaklah kalian bersama para shadikin." ('At-Taubah : 119)

Dalam ayat ini, Allah tidak mencukupkan dengan menyuruh orang-orang beriman untuk bertakwa saja, namun la pun memerintahkan mereka untuk senantiasa menyertai orang-orang yang jujur sebagai sarana melestarikan keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah.

Rasul bersabda,

"Seseorang itu tergantung kepada kebiasaan teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang dijadikan teman karibnya." (Riwayat At-Tirmidzi, dan dishahih-kan Al-Albani dalam Ash-Shahihah 927)

II. KEUTAMAAN BERGAUL DENGAN PELAKU KEBAIKAN

Perlu diketahui, bahwa interaksi sosial itu, apabila dibangun di atas landasan kemaksiatan, maka para pelakunya sama-sama akan mendapatkan dosa dan murka dari Allah . Jika dibangun di atas dasar keduniaan belaka, maka para pelakunya tidak akan mendapatkan balasan apa-apa.

Namun, jika hubungan tersebut dibangun di atas kecintaan dan ketaatan kepada Allah, maka hubungan yang seperti ini sangat dianjurkan oleh syariat, dan pelakunya berhak mendapatkan kecintaan, keridhaan dan pahala yang melimpah dari Allah .

A. Keutamaan di Dunia

Seseorang yang bergaul dengan orang lain atas dasar cinta kepada Allah dan mengharapkan keridhaan-Nya, dia akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang besar di dunia, di antaranya,

1. Mendapat cinta Allah

Allah berfirman dalam hadits Qudsi,

"Berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, berhak mendapat cintaku orang-orang yang saling menasihati karena Aku, berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku, berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling membei karena Aku, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya." (Riwayat Ibnu Hibban, di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib Wa Tarhib, 3019)



2. Merasakan manisnya iman

Rasul bersabda,

"Barangsiapa ingin merasakan nikmatnyai man, hendaklah dia mencintai saudaranya, dan dia tidak mencintainya kecuali karena Allah." (Riwayat Ahmad dan Al-Hakim dan dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, 2300)



Juga sabdanya,

'Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang, dirinya akan merasakan manisnya iman. Jika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, ia mencintai seseorang yang tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, ia benci untuk kembali pada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran sebagaimana ia benci untuk dilempar ke dalam neraka." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Sungguh, pada zaman sekarang ini, betapa sangat susahnya menemukan hubungan yang hanya dilandasi dengan kecintaan dan ketaatan kepada Allah semata, kecuali segelintir orang-orang yang dirahmati-Nya. Kita lihat mereka merapat dan menjauh hanya karena alasan dunia, faktor ekonomi dan politik atau faktor yang lainnya yang kiranya akan menguntungkan dari segi materi.

Fainnaliilahi wainnaa ilahi raaji'un.

3. Allah akan memuliakannya

Rasulullah bersabda

"Tidaklah seorang hamba mencintai hamba yang lain karena Allah, melainkan Allah akan memuliakannya." (Riwayat Ahmad, dan di-shahih-kan oleh Albani dalam Ash-Shahihah 1256)



Dan cinta terbesar Allah akan diraih oleh orang yang paling besar kecintaannya kepada saudaranya. Rasul bersabda,

"Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah, melainkan orang yang paling dicintai Allah di antara keduanya adalah yang paling besar kecintaannya kepada saudaranya." (Riwayat Al-Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad, dan di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib Wa Tarhib 3014).

4. Senantiasa mendapat kebaikan yang tak terhingga.

Ketika seseorang bergaul dengan orang shalih, maka ia akan senantisa menyaksikan ketulusan hati, amal-amal kebaikan, kejujuran dalam muamalah, bantuan dan motivasi, mendengarkan untaian nasihat-nasihatnya, dan ia akan menuntunnya untuk sama-sama beramal shalih sepertinya, lebih-lebih kalau ia bergaul dengan ulama, selain akan mendapatkan kebaikan tadi, ia pun akan senantiasa meneguk madunya ilmu arahan, dan qudwah hasanah dalam segala kebaikan . |

Alangkah beruntungnya mereka yang menghabiskan masa hidupnya di bawah bimbingan ulama, jauh dari kebodohan, terbebas dari syubhat yang mengitarinya atau syahwat yang siap memangsanya,
Islam adalah agama yang agung, lengkap dan sempurna, agama yang dibangun di atas kemaslahatan dan menolak kerusakan.


B. Keutamaan di Akhirat

Seorang yang membangun hubungan sosialnya berdasarkan cinta dan ketaatan kepada Allah, ia akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang besar di akhirat, di antaranya:

1. Allah akan menaunginya

Rasullullah bersabda,

Allah berfirman, 'Orang-orang yang saling mencintai karena kebesaran-Ku berada di bawah naungan arsy-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.'" (Riwayat Ahmad dan Thabrani di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahihut Targhib).

Sungguh berbahagia orang-orangyang berteman dengan hamba Allah yang shalih, tatkala matahari cuma beberapa mil di atas kepala, manusia dalam keadaan telanjang, tak beralas kaki dan berdesak-desakan, tiada tempat untuk berteduh, namun mereka berada di bawah naungan-Nya. Semoga kita semua termasuk golongan mereka.

2. Pada hari kiamat, berada di atas mimbar dari cahaya

Rasul bersabda,

"Wahai manusia, dengarkan dan pahamilah; ketauhilah bahwa Allah memiliki para hamba yang mereka itu bukan para nabi ataupun syuhada. Para nabi dan syuhada ingin seperti mereka, padahal mereka memiliki kedekatan dan kedudukan di sisi Allah."

Seseorang Badui berkata, "Wahai Rasulullah tolong sifatkan mereka kepada kami." Rasulullah lantas tersenyum mendengar ucapan lelaki badui tersebut , dan bersabda, "Mereka adalah orang- orang yang tidak dikenal dan asing, mereka tidak memiliki tali kekerabatan satu sama lain, mereka saling mencintai karena Allah dan menjadi satu barisan. Allah menyediakan mimbar-mimbar dari cahaya, untuk mereka sebagai tempat duduk mereka dan menjadikan wajah dan pakaian mereka bercahaya. Pada hari kiamat manusia diliputi rasa takut namun mereka tidak, mereka adalah wali-wali Allah, mereka tidak merasa takut dan bersedih." (Riwayat Ahmad, di-shahih-kan Al-Albani dalam Shahihut Targhib 3027)

3. Bersama orang-orang yang dicintainya, walaupun tidak beramal seperti mereka

Dari Anas, dia berkata, "Seorang lelaki mendatangi Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, kapankah datangnya kiamat?' Beliau menjawab, "Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?" Dia menjawab, "Cinta pada Allah dan Rasul-Nya." Lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.'"

Anas berkata, "Sungguh kami tidak merasakan setelah Islam kegembiraan yang lebih hebat dari ucapan Rasulullah, "Sesungguhnya kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.""

Anas berkata, "Sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta Abu Bakar dan Umar. Aku berharap bisa berkumpul dengan mereka meski aku belum beramal seperti mereka." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Juga sabda Rasulullah,

"Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka. ('Riwayat At-Tabrani dan di-shahih-kan Al-Albani dalam At-Targhib 3037).

Bahkan, bersama keturunannya yang mengikuti keimanan, akan digabung oleh Allah kelak di surga. Allah berfirman,

"Dan orang-orang yang beriman dan diikuti keturunannya dalam keimanan, akan kami susulkan keturunan tersebut kepada mereka (di surga)." (At-Thur: 21)

4. Di tempatkan di tempat yang tinggi di surga

Rasulullah bersabda,

"Sesungguhnya di surga terdapa tpilar-pilar dari yakut, di atasnya ada kamar-kama rdan zamrud. Kamar-kamar ini memiliki pintu yang terbuka dan bersinar seumpama mutiara." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah penghuninya?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang saling mencintai karena Allah, orang-orang yang duduk bersama karena Allah dan orang-orang yang bersua karena Allah." (Riwayat Al-Bazzar, dilemahkan oleh Al-Albani dalam At-Targhib dan di-hasan-kan oleh para pen-tahqiq At-Targhib).



III. CELAAN BERGABUNG DENGAN PELAKU KEBURUKAN

Pecandu keburukan adalah makhluk yang tidak punya rasa malu dan kasih sayang. la akan menerkam siapa saja yang mendekatinya, mahluk yang perlu dicurigai karena sangat membahayakan, bahkan lebih berbahaya dari singa betina yang kelaparan.

Kalau singa hanya memangsa jasad hewan atau manusia yang ada didekatnya, namun pecandu keburukan akan menyeret siapa saja orang yang ada didekatnya kepada kenistaan, kerusakan moral, sekaligus badan, dan di akhirat dalam siksaan yang sangat dahsyat.

Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya memberi bimbingan kepada kita bagaimana kita harus bersikap terhadap mereka. Allah berfirman,

"Dan apabila kamu melihat orang-orang yang mempermainkan ayat-ayat-Ku, maka berpalinglah dari mereka sehingga mereka mengalihkan pembicaraan kepada yang lainnya. Dan jika setan membuatmu lupa, maka janganlah kamu duduk setelah ingat beserta orang-orang yang zhalim." (Al-An'am : 68)

Orang-orang zhalim dalam ayat ini adalah mereka yang mempermainkan ayat-ayat Allah dan mendustakannya. Orang yang mengejek Al-Quran, mereka telah mendustakan Al-Quran dengan lisan mereka, sedangkan mereka yang tidak mengamalkan Al-Quran dan melanggar segala perintahnya, mereka telah mendustakan Al-Quran dengan perbuatannya.

Juga firman-Nya,

"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan." (Hud :114)

Cenderung kepada orang-orang zhalim maksudnya, bergaul dengan mereka dan ridha dengan perbuatannya, akan tetapi jika bergaul tanpa meridhai perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau memelihara din, hal ini diperbolehkan.

Oleh karena itu, Allah melarang berkasih sayang dengan mereka.

Firman-Nya,

"Kamu tidak akan menemui suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun mereka itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, atau keluarga mereka." (Al-Mujadilah: 22)

Rasul bersabda,

"Janganlah kamu bergaul kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan sampai menyentuh makananmu kecuali orang bertakwa." (Riwayat Abu Daud, Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Albani meng-shahih-kannya dalam Shahih At-Targhib 3036)

Syamsul Haq Al-Adzim Abadi berkata, "Hadits ini menjelaskan larangan bergaul dengan orang-orang kafir atau munafik, karena bergaul dengan mereka akan membahayakan diri seorang mukmin." (Aunul Ma'bud)

IV.AKIBAT BERGAUL DENGAN PELAKU KEBURUKAN

A. Akibat Buruk di Dunia

Ketika seseorang membiasakan dalam dosa dan kenistaan, maka hatinya terus menerus kotor dan gelap, ia akan hidup dalam kesusahan dan kesempitan karena ia telah keluar dari rel fitrah.



Allah berfirman, "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka baginya kehidupan yagn sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (Thaha : 124)

Juga orang yang berpaling dari peringatan Allah itu, akan senantiasa ditemani setan sebagai siksaan dari Allah atas perbuatannya.

Allah berfirman, "Barangsiapa yang berpaling dan peringatan yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya setan (yang menyesatkannya), maka setan itulah yang menjadi teman setianya."

Berikut ini beberapa akibat di dunia, bila seseorang bergaul dengan orang yang buruk agamanya.

1. Allah akan mencerai-beraikan hati mereka

Para pelaku keburukan, karena menyimpang dari kebenaran dan jalan yang lurus menuju jalan kesesatan, Allah menghukum hati mereka dengan apa yang telah mengalir dalam hati mereka.

Allah ass berfirman,

"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah pun memalingkan hati mereka." (Ash-Shaf: 5)

Begitu pun hati orang-orang yang bahu-membahu memusuhi Islam, Allah pun mencerai-beraikan hati mereka.

Allah berfirman,

"Kamu mengira bahwa mareka itu bersatu, padahal hati mereka bercerai-berai." (Al-Hasyr :14)

2. Hidup dalam kesengsaraan, tanpa memiliki rasa kasih sayang

Para pelaku keburukan, mereka , tidak punya rasa kasih sayang sama sekali, baik kepada diri mereka sendiri, terlebih kepada orang lain, dengan bukti mereka telah menzhalimi diri sendiri dengan teperosoknya mereka ke lembah kemaksiatan, bahkan mereka tidak puas kalau yang terjatuh itu cuma dia sendiri.

Ia tarik orang lain untuk mengikutinya. Maka kasih sayang telah tercabut dari hati mereka, dan jadilah mereka sebagai orang-orang yang sengsara. Rasulullah bersabda,

"Kasih sayang itu tidaklah tercabut melainkan dari seorang yang celaka." (Riwayat Ahmad dan At-Tirmidzi) Juga sabdanya,

"Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia, maka Allah pun tidak akan mengasihinya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

3. Ditimpakan madharat, sebagaimana mareka menimpakan madharat kepada orang lain

Rasulullah bersabda,

"Barangsiapa menimpakan madharat (kepada orang lain), maka Allah akan menimpakan madharat atasnya." (Riwayat At-Tirmidzi dan Al-Albani meng-hasan-kannya dalam Shahih & Dhaif Imam Tirmidzi)



4. Allah akan melaknatnya

Allah berfirman, "Telah dilaknat orang-orang kafir dari bani Israil melalui lisan Daud dan Isa Ibnu Maryam, yang hal demikian itu dikarenakan mereka durhaka dan mereka telah melampaui batas. Adalah mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka lakukan, amat buruklah apa-apa yang mereka kerjakan." (Al-Maidah : 78) ;

Ketika Bani Israil terperosok ke dalam berbagai kemaksiatan, maka ulama-ulama mereka melarangnya, namun mereka tidak menggubris, kemudian para ulama tersebut bermajelis bersama majelis-majelis mereka, makan dan minum bersama mereka, maka Allah menyatukan hati sebagian mereka dengan sebagian yang lain, dan melaknat mereka melaiui lisan Daud dan Isa Ibnu Maryam. (Tafsir Ibnu Katsir secara ringkas)

Saat seseorang bergaul dengan pelaku kemaksiatan, walaupun awalnya dia gigih mengingkari kemaksiatan temannya, lama-lama kegigihan tersebut akan pudar, lalu menganggap remeh kemaksiatan tersebut. Bahkan, pada akhirnya ia sendiri akan terjerumus dan bergabung bersama dalam kenistaan, dan puncaknya ia dilaknat Allah beserta orang-orang yang dilaknat. N a'udzubillah.

5. Senantiasa mendapatkan dosa

Orang yang bergaul dengan orang-orang shalih, setiap waktu ia akan melihat temannya tersebut berbuat ketaatan kepada Allah, dan kemungkinan besar ia akan tertarik dengan kebaikan temannya, dan sama-sama melakukan ketaatan. Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang yang jelek, maka setiap saat ia akan melihat kejelekan-kejelekan temannya yang dilakukan di hadapannya, kalau ia masih mau menegurnya atau pun membenci kemaksiatan tersebut, berarti keimanan masih bersemai dalam jiwanya.

Namun, andaikata sebaliknya -dan inilah yang sering terjadi-, ia malah berdiam diri meridhainya, apalagi sama-sama melakukannya, berarti setiap saat ia menumpuk-numpuk lumpur dosa kemaksiatan dan terus-menerus mendapatkan murka.

Rasul bersabda, "Apabila suatu dosa dilakukan di muka bumi, maka orang-orang yang menyaksikannya namun ia membencinya, maka seolah-olah ia tidak menyaksikannya (ia tidak mendapatkan dosa). Sebaliknya orang yang tidak menyaksikannya namun ia ridha maka seliah-olah ia menyaksikan." (Riwayat Abu Daud)

Orang yang tidak melihat suatu kemaksiatan yang sedang dilakukan, namun ia ridha, ia akan mendapatkan dosanya. Bagaimanakah pendapat Anda bila dosa tersebut senantiasa dikerjakan di hadapannya dan pelakunya adalah temannya sendiri? Pasti akan lebih banyak mempengaruhi jiwanya, dan lebih berat untuk amar ma'ruf nahi munkar, apalagi kalau ia sama-sama menyenanginya. Dikatakan,

"Orang yang ridha itu setara dengan pelakunya."

B. Akibat Buruk di Akhirat

Sungguh malang kehidupan orang-orang yang mengambil penentang Allah dan Rasul-Nya sebagai ternan setia. Selain menuai rugi di dunia, ia pun harus menelan akibatnya di akhirat yang lebih hina lagi. Di antaranya:

. Persahabatan dengan pelaku keburukan akan berubah menjadi permusuhan di hari kiamat.

Allah berfirman,

"Kemudian kalian pada hari kiamat akan saiing bantah-bantahan di hadapan Tuhan kalian." (Az-Zumar: 31)

Sehingga, kelak orang Islam akan berbantah-bantahan dengan orang kafir, pemimpin bersama rakyatnya, muslim dengan muslim yang lainnya, tetangga dengan tetangganya, istri dengan suami, anak dan orang tua, bahkan jasad pun akan saling bantah dengan ruh, tidak ada yang sudi membela seseorang melainkan dirinya sendiri. Allahul musta'an.

Sesungguhnya cinta yang bukan karena Allah dan tidak didasari oleh ketaatan kepada-Nya, akan berubah menjadi permusuhan pada hari kiamat, sebagai adzab yang setimpal bagi para pelakunya.

Allah berfirman,

"Teman-teman akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf : 67)

Dalam mengomentari ayat ini, Ali bin Abi Thalib berkata,

"Dua orang sahabat yang mukmin dan dua orang sahabat yang kafir, kemudian salah seorang dari dua sahabat yang mukmin tersebut meninggal dan dia diberi kabar gembira bahwa dia akan masuk surga. Dia lantas mengingat sahabatnya dan berkata, "Duhai Allah, sesungguhnya sahabatku Fulan dulu mengajak aku untuk taat kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu.Dia mengajakku berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan, dia memberi tahu aku bahwa aku pasti akan menemui-Mu, oleh karena itu duhai Allah, janganlah Engkau menyesatkannya sepeninggalku sampai Engkau memperlihatkan kepadanya seperti apa yang telah Engkau perlihatkan kepadaku, dan Engkau ridha kepadanya seperti Engkau ridha kepadaku."

"Lalu dikatakan kepadanya, 'Pergilah! Seandainya kamu tahu apa yang telah Aku persiapkan baginya di sisi-Ku, niscaya kamu lebih banyak tertawa daripada menangis.”



Ali melanjutkan, "Lalu sahabatnya meninggal dunia dan ruh mereka berdua bertemu, kemudian dikatakan kepada mereka berdua, 'Hendaklah salah seorang dari kalian memuji sahabatnya.'" Maka mereka berdua saling berkata satu sama lain, "Dia adalah sebaik-baik saudara, sebaik-baik sahabat dan sebaik-baik teman akrab."

Dan jika salah seorang dari dua orang sahabat dalam kekafiran mati, dan dia dimasukkan ke dalam api, dia mengingat sahabatnya, lantas berkata, "Duhai Allah, sesungguhnya sahabatku fulan, dulu mengajakku berbuat maksiat kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu. Dia mengajakku berbuat dosa dan mencegahku melakukan kebaikan, dan dia memberitahukanku bahwa aku tidak akan menghadap-Mu. Karena itu duhai Allah, janganlah Engkau memberinya hidayah sepeninggalku sampai Engkau memperlihatkan kepadanya seperti apa yang telah Engkau perlihatkan kepadaku, dan Engkau memurkainya seperti Engkau memurkaiku."

Ali melanjutkan, "Lalu sahabatnya pun mati dan ruh mereka bertemu, dan dikatakan kepada mereka berdua, 'Hendaklah salah seorang dari kalian mencela sahabatnya!' Maka mereka saling berkata satu sama lain, 'Dia seburuk-buruk saudara, dia seburuk-buruk sahabat, dia seburuk-buruk teman dekat." (Tafsir Ibnu Katsir)

2. Bersama-sama dengan sahabatnya dalam siksa dan kemurkaan

Ketika seseorang wala' (memberikan cinta) pada orang-orang rusak, maka Allah menyatukan hati mereka di dunia dalam kemaksiatan, kemudian nanti di akhirat mereka pun akan disatukan oleh Allah dalam siksa yang sangat dahsyat.

Rasul bersabda,

"Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya." (Riwayat Bukhari & Muslim)

Juga sabdanya

"Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka." (Riwayat At-Thabrani dalam As-Shaghir dan di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib 3037)

Allah berfirman tentang orang-orang yang tak mau hijrah ke Madinah bersama Rasulullah dan para sahabatnya,

"Sesungguhnya, orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan menzhalimi dirinya, mereka (malaikat) berkata, 'Bagaimana keadaan kalian?' Mereka berkata, 'Kami adalah orang-orang yang lemah di bumi.' Mereka (malaikat) berkata, 'Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kalian berhijrah kepadanya?'Maka mereka itu tempat kembalinya Jahanam, dan ia (Jahanam) seburuk-buruk tempat kembali." (An-Nisa': 97)

Ayat ini berkenaan dengan sebagian orang-orang Mekah yang masuk Islam dan menyembunyikan keislamannya. Tatkala Allah memerintahkan Rasul dan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, sebagian mereka ada yang tidak mengindahkannya, dan memilih tetap di Mekah bergabung dengan orang-orang musyrik karena beberapa pertimbangan.

Allah berfirman kepada para pelaku dosa nanti di hari kiamat,

"Kumpuikanlah orang-orang yang zhalim beserta teman sejawatnya." (Ash-Shaf: 22)

3. Penyesalan selama-lamanya

Tidak ragu lagi, bergaul dengan orang-orang yang tidak baik akan menjadi bumerang bagi dirinya, bahkan keluarganya, juga masyarakat di sekitarnya. Ia akan menuai penyesalan yang panjang di dunia sampai ke akhirat kelak. Berapa banyak jiwa yang bejat, badan tidak terawat, rumah tangga berantakan, hanya disebabkan bergaul dengan pecandu kemaksiatan. Sedang siksa dan penyesalan di akhirat lebih dahsyat lagi dan tidak ada kata kembali.

Untuk itu, wahai saudara-saudaraku seiman, hendaklah berpaling dari manusia-manusia yang terlena dalam syahwat dan tenggelam dalam syubhat, sebelum datang suatu masa yang tidak lagi berguna kata maaf dan ratap.

Allah berfirman, "Dan ingatlah hari ketika orang yang zhalim itu menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakan besarlah bagiku; kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran telah datang kepadaku, dan setan itu penipu bagi manusia.'" (Al-Furqan : 27-29)



V. BEBERAPA KISAH TENTANG AKHIR KEHIDUPAN ORANG YANG BERTEMAN DENGAN PELAKU KEBURUKAN

Untuk lebih jelasnya, marilah kita tengok kisah orang-orang pada masa silam, karena pada kehidupan mereka terdapat banyak pelajaran dan nasihat untuk orang-orang setelahnya.

1. Al-Walid Ibnul Mughirah Al-Makhzumi

Setelah bertemu Abu Quhafah (Abu Bakar) dan bertanya tentang Al-Quran, maka Abu Bakar memberitahunya, lalu ia keluar kepada orang-orang Quraisy sambil berkata, "Sungguh mengagumkan apa yang telah diucapkan oleh Abi Habasyah (Rasulullah). Ini bukanlah syair atau sihir, bukan pula igauan orang gila. Sungguh ucapannya adalah kalamullah."

Kemudian Al-Walid menemui Nabi, lalu beliau membacakan Al-Quran kepadanya, sehingga ia tampak simpati kepadanya, lalu ia berkata, "Demi Allah aku telah mendengar sebuah ucapan dari mulutnya, sebuah ucapan yang tidak mungkin berasal dari seorang manusia ataupun jin, sungguh ucapannya memiliki nikmat, tinggi tanpa tertandingi, takkan ada seorang manusia pun yang mampu untuk mengucapkannya."

Setelah orang-orang Quraisy tahu, mereka berkata, "Seandainya Al-Walid keluar dari agama nenek moyangnya, niscaya semua orang Quraisy akan 'murtad' pula bersamanya."

Sampailah berita ini kepada teman karibnya, yaitu Abu Jahal. Maka ia berkata, "Serahkanlah masalah Al-Walid ini kepadaku, cukup aku sendiri yang akan menanganinya."

Sejurus kemudian, Abu Jahal mendatanginya dalam keadaan seolah-olah ia berada dalam kesedihan yang sangat memilukan, Al-Walid bertanya kepadanya, "Mengapa kamu kelihatan sedih sekali?" Abu Jahal menjawab, "Bagaimana aku tidak sedih wahai Paman, sesungguhnya kaummu hendak mengumpulkan harta untukmu." Al-Walid bertanya, "Untuk apa?" Abu Jahal menjawab, "Untuk memberikan kepadamu sebagai santunan hari tuamu, mereka mengira kamu telah memuji-muji ucapan Muhammad, dan kamu mendatangi Ibnu Abi Habasyah dan Ibnu Abi Quhafah untuk mendapatkan sisa makanan mereka berdua."

Al-Walid berang, lantas berkata, "Apakah keluargaku berkata seperti itu? Orang-orang Quraisy tentunya tahu bahwa aku orang terkaya di sini. Kalian tentu tahu besarnya kekayaanku." Abu Jahal berkata, "Kalau begitu sampaikanlah komentarmu tentang Muhammad, hingga kaummu tahu bahwa kamu mengingkari ucapannya dan membencinya."

Dia berkata, "Aku harus bilang apa? Demi Allah, aku tidak tahu ada orang selainku yang lebih pintar dalam bidang syair di antara kalian, aku belum pernah mendengarnya melantunkan Rajaz, Qasidah, atau syair-syair bangsa jin. Demi Allah, sungguh ucapannya sangat nikmat, menghancurkan ucapan selainnya yang rendah, ucapannya sungguh tinggi tanpa ada yang melebihi." Abu Jahal berkata, "Demi Allah kaummu tidak akan rela hingga kamu menyampaikan komentarmu tentangnya." Dia menjawab, "Baiklah, tapi biarkan aku berpikir."

Ketika dia tengah berpikir, komentar apa yang harus ia ucapkan, dia keluar menemui orang-orang Quraisy di Darun Nadwah yang sedang berembug tentang komentar-komentar mereka tentang Muhammad sebelum jamaah haji berdatangan, agar nantinya mereka bisa menghalangi mereka dari Muhammad. Setelah terjadi perdebatan sebentar lalu Al-Walid mengemukakan pendapatnya tentang Muhammad.

Dia berkata, "Dia (Muhammad) tiada lain hanyalah seorang penyihir. Tidakkah kalian melihat dia memisahkan antara seseorang dengan keluarga, anak dan hartanya?" Abu Jahal sebagai teman karib telah berhasil memperdayainya dan membangkitkan

kecongkakannya, sehingga kilatan cahaya hidayah yang hampir saja meneranginya padam seketika, terhempas badai syubhat kawan durjana.

Lalu Allah menurunkan ayat sebagai celaan dan ancaman baginya.

Allah berfirman, "Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menadptakannya sendirian. Dan aku jadikan baginya harta yang melimpah, dan anak-anak yang selalu bersamanya. Dan kulapangkan selapang-lapangnya . Kemudian ia menginginkan agar Aku menambahnya. Sekali-kali tidak, karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami. Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan. Maka celaklaah dia. Bagaimana dia menetapkan. Kemudian celakalah dia, bagaimana dia menetapkan. Kemudian dia memikirkan. Sesudah itu dia bermasam muka dan merengut. Kemudian dia perpaling dan menyombongkan drin. Lalu dia berkata, 'Ini tiada lain hanyalah sihir yang dipelajari. Ini tiada lain hanyalah perkataan manusia.' Aku akan memasukkannya ke dalam neraka syaqar." (Al-Mudatsir: 11-26)

Akhirnya dia mati dalam keadaan kafir dan kelak akan dimasukkan ke dalam neraka untuk selama-lamanya. Siapakah penyebabnya? Dialah teman yang buruk yang takkan rela dirinya terperosok, kecuali orang lain pun terperosok bersamanya. Dan itulah akhir kehidupan dari seseorang yang mengambil manusia durjana sebagai teman setia.

2. Abu Thalib, Paman Nabi

Sejarah telah mencatat bahwa tidak ada orang yang lebih berjasa kepada Rasulullah , dalam membela beliau dari ancaman dan intimidasi orang-orang kafir Quraisy, selain Abu Thalib, paman beliau tercinta. la membesarkan Rasulullah setelah kakek terkasih meninggal dunia.

Ia kerahkan segenap kemampuannya untuk melindungi sang keponakan. Ia wala’ terhadap orang yang wala' kepada Rasulullah, dan ia jadikan musuh, orang-orang yang memusuhi Rasulullah, siapa pun orangnya, meskipun ia tidak mau mengikuti agamanya.

Pernah suatu ketika, Rasul shalat di Ka'bah, lantas Abu Jahal menawarkan kepada teman-temannya, siapa yang berani mengganggu shalatnya. Maka Ibnu Az-zubari bangkit dan mengambil kotoran hewan beserta darah, kemudian melumurkannya ke muka Nabi, hingga Nabi menghentikan shalatnya.

Setelah Abu Thalib mengetahuinya, ia langsung mendatangi mereka dengan menyandang pedang, kemudian minta ditunjukkan kepada nabi siapa pelakunya. Setelah tahu, ia langsung melumuri mereka dengan kotoran dan darah hewan sebagai balasan atas kecongkakan mereka terhadap keponakannya. Karena itu, turunlah ayat sebagai sindiran terhadap Abu Thalib yang menghalangi manusia dari menyakiti Nabi padahal dia sendiri tidak mau beriman kepada Nabi.

Allah berfirman,

"Dan mereka melarang (orang lain) mengganggunya, namun mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya." (Al-An'am : 26)

Lalu Nabi mengabarkan kepadanya bahwa sebuah ayat telah turun berkenaan dengannya, dan beliau mengajaknya untuk masuk Islam, maka Abu Thalib menjawabnya,

"Demi Allah mereka tidak akan mampu menyentuhmu dengan komplotannya hingga jasadku terbujur di liang lahat. Dakwahkanlah apa yang Engkau bawa, tiada penghalang bagimu, Berilah kabar gembira dan sejukkanlah pandangan mata Engkau mengajakku mengikutimu dan aku pun tahu engkau memberi nasihat. Sungguh benarlah Engkau, dan Engkau di tengah kami adalah sang pemegang amanat Engkau tawarkan satu agama yang sungguh aku tahu itulah. Agama paling baik yang harus diikuti manusia, Kalaulah bukan karena makian atau takut cercaan, Pastilah Engkau dapati diriku menerima dan meyakini."

Begitu hebat pembelaannya terhadap Nabi, sehingga ketika ajal menjemputnya, Rasul berhasrat menyelamatkannya untuk yang terakhir kali dari belenggu kekafiran dan kejahiliahan sekaligus sebagai balas jasa atas segala pengorbanan yang telah ia kerahkan kepada Nabi. Rasulullah bersabda kepadanya yang tengah sakaratul maut,

"Wahai pamanku, katakan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, suatu kalimat yang aku akan memberi pembelaan kepadamu di sisi Allah!"

Namun, teman yang busuk, yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah langsung menimpali, "Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?" Lalu Rasul mengulangi lagi dan mereka pun menimpali lagi, dan akhirnya ia mati di atas agama Abdul Muthalib.

Kesedihan pun menyelimuti Rasulullah, ia tidak mampu menyelamatkan seseorang yang sangat berjasa dalam kehidupannya, sehingga ia berjanji akan senantiasa memohonkan ampunan kepada Allah untuk paman tercinta, namun kemudian Allah pun melarangnya.

Teman yang buruk takkan pernah ridha jika teman duduknya mendapatkan kemuliaan Islam sedang dia senantiasa dalam kegelapan kejahilan.

3. Kisah A'sya Qais, Penyair Jahiliyah

Namanya Maimun bin Qais, kunyah-nya Abu Basir, dia dijuluki Al-A'sya (Si Rabun Senja), karena matanya yang rabun. Dia lahir dan meninggal di desa Manfuhah, sekarang menjadi salah satu desa Riyadh di sebelah selatan.

A'sya adalah salah satu penyair papan atas dan salah satu ashabul muallaqat di kalangan ahli sastra. Syair-syairnya menyentuh hingga dia dijuluki Shanajatil Arab (genderang Arab).

Dia mendapati masa kenabian, lalu menyiapkan sebuah kasidah dan pergi ke Madinah untuk mengumumkan keislamannya dan memuji nabi dengan syair-syairnya. Namun orang-orang Quraisy khawatir dengan kemampuannya itu dia akan bergabung menguatkan barisan kaum muslimin. Mereka lantas mengiming-iminginya dengan seratus ekor unta agar mau kembali, namun ia menolak.

Mereka berkata, "Sesungguhnya dia akan menyuruhmu shalat." Dia menjawab, "Mengabdi kepada Rabb adalah sebuah kewajiban." Mereka berkata, "Dia akan menyuruhmu untuk memberikan harta kepada orang-orang miskin." Dia menjawab, "Berbuat kebajikan merupakan keniscayaan."

Seorang dari mereka berkata, "Dia akan melarangmu berbuat zina." Dia menjawab, "Zina adalah perbuatan keji dan buruk menurut akal, lagi pula aku sudah tua, tidak membutuhkan seperti itu." Kemudian ada yang berkata, "Muhammad akan melarangmu minum khamr." Dia menjawab, "Kalau yang ini, aku tidak bisa berhenti."

Akhirnya dia pun kembali sambil berkata, "Aku akan puaskandulu minum khamr setahun, kemudian baru akan menemui Muhammad." Namun belum sampai ia ke kampung halamannya, di tengah perjalanan dia terjatuh dari untanya hingga lehernya patah lalu mati.

Niat yang tulus, tekad yang bulat, perjalanan jauh, kecerdikan yang memukau, itu semua hancur luluh hanya karena teman-teman yang rusak dan ia pun mati dalam kekafiran.

4. Kisah Ibnul Asy'ats

Buku tarikh telah mencatat haru birunya sejarah orang-orang silam. Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi adalah wakil khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk Irak. Ia sangat terkenal dengan kezhalimannya. Pada masanya, Rutbeil-raja turki yang kafir-telah menindas dan membunuh sebagian kaum muslimin.

Al-Hajjaj mempersiapkan pasukan untuk menyerangnya, ia angkat Ibnul Asy'ats sebagai panglima pasukan, padahal ia sangat membencinya bahkan berhasrat untuk membunuhnya. Begitu pun Ibnu Asy'ats, ia sangat benci terhadap Al-Hajjaj, bahkan ia pernah bersumpah bahwa ia akan menggulingkannya kalau Allah memberi umur yang panjang kepadanya.

Berangkatlah Ibnu Asy'ats bersama pasukannya untuk menyerang Rutbeil, lalu ia pun berhasil mengalahkannya, bahkan Rutbeil lari kocar-kadr dan terus pindah dari satu negeri ke negeri yang lain.

Setelah Ibnu Asy'ats berhasil menaklukan Turki, ia berinisiatif untuk tidak memperluas invasi sebelum situasi daerah yang ditaklukan pulih kembali, dan muslimin menjadi kuat. Namun kebijakan ini ditentang oleh Hajjaj, bahkan ia mencelanya habis-habisan.


Ibnu Asy'ats berang dan kebenciannya meledak, lalu ia memrovokasi pasukannya untuk melepas baiat dari Al-Hajjaj. Keinginannya ini disambut mereka dengan hangat, ia pun memprovokasi orang Irak dan sekitarnya, bahkan mengeluarkan para qura dan tokoh terpandang untuk memberontak kepada Al-Hajjaj sekaligus kepada khalifah.

Mengetahui hal ini, Al-Hajjaj marah dan minta bantuan I pasukan kepada khalifah untuk melawan Ibnu Asy'ats. Khalifah merasa khawatir, lalu mengutus orang terpandang untuk menasihati Ibnu Asy'ats agar tidak memberontak dan menumpahkan darah kaum muslimin, dan khalifah berjanji akan menurunkan Al-Hajjaj dan akan mengangkatnya sebagai amir di daerah mana saja yang ia sukai dan akan mengutuhkan upeti untuknya.

Ibnu Asy'ats menyerahkan tawaran khalifah kepada pasukannya dan ia condong untuk menerimannya, namun sayang seribu sayang, tabiat teman yang jahat selalu ingin menjerumuskan diri mereka dan orang-orang yang besertanya dalam kehancuran. Mereka menolak tawaran khalifah, bahkan dengan congkaknya mereka berkata bahwa mereka lebih kuat dan lebih banyak jumlahnya.

Ibnu Asy'ats pun tidak berkutik di hadapan para sahabatnya yang buta akan kebenaran. Akhirnya terjadilah pertempuran sesama kaum muslimin, umat Islam dirundung kesedihan dan kepiluan, lebih dari seratus kaum muslimin gugur, dan Allah pun memenangkan khalifah dan pengikutnya.

Ibnu Asy'ats terus dikejar oleh pasukan khusus hingga ia sampai ke negeri Rutbeil yang dulu ia perangi, ia pun minta perlindungan kepadanya tanpa malu, Rutbeil melindunginya bahkan memuliakannya sebagai maker terhadap kaum muslimin.

Setelah mengetahui keberadaannya, Al-Hajjaj mengutus orang-orangnya kepada Rutbeil agar menyerahkan Ibnu Asy'ats dan mengancam akan mengerahkan beribu-ribu pasukan kalau ia tidak menyerahkannya. Akhirnya Rutbeil mengkhianati Ibnu Asy'ats dan menangkapnya, lalu menyerahkan kepada utusan Al-Hajjaj.

Ia lantas di digiring dan dikawal ketat, bahkan ia dirantai dengan seorang pengawal supaya tidak lari. Di tengah perjalanan ia naik ke dataran tinggi lalu melemparkan dirinya ke bawah hingga ia tewas beserta pengawalnya. Fainna Lillaahi wainna ilaihii raaji'uun.

Fitnah besar yang ia tiupkan hampirlah padam, bahkan bisa berubah menjadi kemuliaan dengan menerima tawaran khalifah, namun teman yang jahat tidak menginginkan melainkan kebinasaan. Oleh karena itu, ambillah pelajaran wahai orang yang berakal.

Semoga kisah-kisah ini bisa menjadi ibrah dan nasihat bagi kita, sehingga kita lebih hati-hati lagi dalam menentukn pasangan hidup yang akan menemani dan mendidik anak-anak kita
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel MEMILIH TEMAN ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : http://wasbir21.blogspot.com/2010/11/memilih-teman-islam-juga-mengatur.html

Bookmark and Share

0 komentar... Baca dulu, baru komentar

Posting Komentar

Sering dibaca

Pengikut

Categories